Amos 5:6 Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup, supaya Ia tidak akan menyambar keturunan Yusuf bagaikan api, yang melahap habis tanpa ada yang memadamkannya bagi Betel.
Apa jadinya jika seseorang berlindung pada sesuatu yang lemah dan tak berdaya? Sudah pasti pengharapan mereka akan kemenangan menjadi sia-sia dan kosong. Pada zaman Amos, keadaan sosial memperlihatkan kehidupan masyarakat yang religius. Mereka setia melakukan ritual keagamaan. Sayangnya, ritual keagamaan yang mereka lakukan bukanlah penyembahan kepada Tuhan.
Betel, Gilgal, dan Bersyeba tempat Abraham dan Yakub mendirikan monumen sebagai pertanda perjumpaan dengan Allah tak lagi menjadi tempat suci. Fungsinya berubah karena bangsa Israel tidak lagi datang kesana untuk menemui Tuhan, melainkan untuk menyembah berhala.
Mereka mencari anak lembu emas yang dibuat oleh Raja Yerobeam dan menyembahnya. Karena itu, Amos memberikan peringatan supaya mereka kembali kepada Tuhan, satu-satunya jalan menuju kehidupan. Sebab, jika mereka tidak kembali kepada Tuhan, Tuhan akan datang laksana api menjalar dan membakar habis mereka.
Kita tentu paham benar bahwa satu-satunya jalan menuju hidup adalah Tuhan. Namun, tak jarang kita terkecoh pada ritual keagamaan yang semu. Kita lebih terpaut pada tempat, bangunan, patung, pernak-pernik, dan segala macam simbol agama. Padahal, keliru jika kita menyamakan Tuhan dengan tempat dan berbagai simbol.
Bukan hal-hal itu yang menjamin perjumpaan kita dengan Tuhan. Karena Tuhan ada bagi hati yang bertobat: menggumuli, merenungkan, serta melakukan kehendak dan firman-Nya.
BUKAN GUNUNG BUKAN PULA PATUNG. TUHAN BERSEMAYAM DI HATI SETIAP PRIBADI YANG MEMBUKA HATI.