Reborn
  
KATA-KATA YANG MEMURIDKAN
Dipublikasikan pada 18 Mei 2025
3 min baca

Bacaan: Yohanes 13:31-35

Di awal tahun 2000-an, lagu “Where Is the Love?” dari Black Eyed Peas menggema di seluruh dunia. Lagu ini bukan hanya enak didengar, tapi sarat dengan pergumulan kemanusiaan yang dalam. Liriknya menyuarakan jeritan dunia: orang saling melukai, bahkan membunuh; anak-anak menderita dan menangis; dan dunia tampak dipenuhi kebencian dan ketidakpedulian. Di tengah semua itu, mereka bertanya: "Di manakah cinta?" Sebuah pertanyaan yang bukan hanya ditujukan pada dunia, tapi juga kepada setiap kita, termasuk kepada gereja. Dapatkah khotbah yang kita dengar setiap minggu benar-benar mengubah cara hidup kita? Dapatkah kasih menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari?

Pertanyaan itu sejatinya sudah lebih dahulu dijawab oleh Yesus.. Dalam Yohanes 13, setelah membasuh kaki murid-murid-Nya—termasuk kaki Yudas yang akan mengkhianati-Nya—Yesus memberikan perintah baru (latin: mandatum novum): “supaya kamu saling mengasihi. Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, jikalau kamu saling mengasihi.” Kasih itu bukan sekadar perasaan hangat atau niat baik; kasih itu nyata dalam tindakan, penuh risiko, dan seringkali lahir dari kerendahan hati yang mendalam.

Perintah Yesus ini bukan hanya soal mengajar, tetapi soal memuridkan para murid-Nya untuk menghadirkan kasih yang hidup. Kata-kata-Nya adalah kata-kata yang memuridkan karena Ia sendiri menghidupi apa yang Ia katakan. Ketika Yesus membasuh kaki para muird, itu bukan simbol, melainkan teladan. Dan teladan itu menantang kita untuk berkata dan bertindak seperti Dia—dengan kasih yang tidak mencari untung, kasih yang tidak memilih-milih, dan kasih yang bertahan walau dilukai.

Di tengah dunia yang kehausan akan kasih, kita semua dipanggil menjadi murid yang juga memuridkan. Salah satu caranya adalah melalui kata-kata yang kita ucapkan setiap hari. Kata-kata yang memuridkan adalah kata-kata yang membangun, menyembuhkan, mengampuni, dan memberi harapan. Di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di gereja, bahkan di media sosial—Tuhan memanggil kita untuk menjadi suara kasih yang menghidupkan, bukan suara yang menjatuhkan. Kata-kata kita seharusnya menjadi perpanjangan dari kasih Kristus yang sudah lebih dulu mengasihi kita dengan kasih yang penuh pengorbanan.

Saudara-saudariku yang terkasih, hidup kita adalah kitab yang terbuka. Melalui cara kita berbicara dan bertindak, orang bisa mengenal Kristus atau justru menjauh dari-Nya. Mari kita hidup dalam kasih yang memuridkan—kasih yang berkata jujur dengan kelembutan, kasih yang menegur dengan kesabaran, kasih yang hadir tanpa syarat. Di dunia yang terus bertanya, “Di manakah cinta?”—kiranya melalui hidup kita, mereka bisa melihat jawabannya: cinta itu ada… dan nyata… dalam diri para murid Kristus yang hidup dalam kasih-Nya setiap hari.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini