Reborn
  
DARI KARYA KE KERAJAAN-NYA
Dipublikasikan pada 26 Oktober 2025
4 min baca

Bacaan: 2 Timotius 4:6-18

Seorang tukang batu yang memasuki masa persiapan pensiun diminta membangun proyek rumah terakhir oleh tuannya. Tukang batu yang sudah siap untuk memasuki purnatugas ini mengerjakannya dengan asal-asalan. Tanpa ia pernah tahu sebelumnya, setelah proyek rumah itu selesai majikannya berkata, “Rumah ini hadiah untukmu. Selamat beristirahat rekanku yang setia!” Ia pun tertegun tak mampu menjawab. Ia tenggelam dalam lamunan bahwa rumah yang akan ia tempati sendiri dibangunnya dengan setengah hati.

Berbeda dari tukang batu di atas, rasul Paulus dalam surat 2 Timotius menatap akhir hidupnya dalam kesungguhan yang sama dengan masa-masa sebelumnya. Ia berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman.” Kalimat itu bukan seruan kemenangan, tetapi kesaksian seorang yang berjuang tetap setia di jalur panggilan Tuhan. Bagi Paulus, hidup bukan soal panjang umur, melainkan kesetiaan untuk tetap berjalan dalam panggilan meski penuh tantangan. Ia tahu bahwa arti hidup sejati bukan diukur dari hasil yang tampak, melainkan dari kesungguhan hati dalam mengerjakan karya Tuhan dari awal hingga akhir.

Hal ini seakan menjadi jawaban atau alternatif bagi pandangan dunia yang sering menilai orang dari capaian dan prestasi. Paulus mengingatkan bahwa yang penting bukan menjadi yang pertama melainkan menjadi setia sampai garis akhir. Sebab setiap orang memiliki lintasan masing-masing. Lintasan pergumulan itu bisa bernama keluarga, tempat/ rekan kerja, pelayanan, atau di tengah masyarakat. Tuhan tidak menuntut kita untuk membandingkan kecepatan tetapi menuntun kita menjadi setia menjaga langkah tetap bersungguh di tengah keletihan, penolakan, atau ketidakadilan. Itulah bentuk nyata dari iman yang hidup.

Secara khusus perhatikan pula perkataan Paulus “Aku telah memelihara iman.” Melalui kalimat ini ia sedang menegaskan bahwa iman bukan sekadar keyakinan dalam pikiran, melainkan kesetiaan menjaga kepercayaan yang Tuhan titipkan. Di tengah penderitaan dan kesepian, ia tidak kehilangan pengharapan. Paulus tetap percaya bahwa semua jerih payahnya tidak sia-sia. Setiap karya yang dikerjakan dalam iman – meski kecil dan tidak terlihat – akan berbuah bagi Kerajaan Allah. Iman yang dipelihara dalam kasih dan ketekunan membuat setiap langkah hidup menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan yang lebih besar.

Dan akhirnya, Paulus menatap masa depan dengan penuh pengharapan: “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran... bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” Di sinilah puncak kehidupan iman, saat segala karya yang dilakukan dengan kasih dan kesetiaan menjadi persembahan bagi Kerajaan Allah. Janji mahkota itu tidak hanya untuk rasul besar seperti Paulus, tetapi juga bagi setiap orang yang terus berkarya dengan setia di mana pun Tuhan menempatkannya.

Saudari dan Saudara hidup ini pun seperti proyek rumah yang harus kita bangun. Setiap tindakan, pekerjaan, dan pelayanan adalah batu demi batu yang membentuk kehidupan kita di hadapan Tuhan. Karena itu, ketika kita bertanding marilah kita menjalaninya dengan sebaik-baiknya, tuntaskanlah dengan setia, dan peliharalah iman hingga akhir. Bila itu yang kita lakukan, maka kita sedang menjalani tuntunan Tuhan yang mengubah jerih payah menjadi kemuliaan, dan karya manusia menjadi bagian dari Kerajaan-Nya. Kiranya setiap keluarga, setiap generasi, dan setiap jemaat Tuhan terus berkarya dengan kasih, agar melalui hidup kita, Kerajaan Allah semakin nyata di dunia ini.

Bagikan
Artikel Lainnya
Lihat Artikel Lainnya
Bagikan Artikel Ini